FIFA mendeskripsikan diving sebagai usaha seorang pemain bola untuk mendapatkan keuntungan secara licik, dengan cara menjatuhkan dirinya sendiri kemudian berpura-pura kesakitan sehingga pemain lawan mendapat hukuman. Hukuman itu bisa berupa tendangan penalti atau tendangan bebas ke lawan, sehingga memperbesar angka kemenangan klub (jika terjadi gol) yang pemainnya melakukan diving. Teknik kotor ini sangat dilarang keras oleh FIFA. Jika ada pemain yang melakukan diving atau menipu wasit ganjarannya adalah kartu kuning. "Setiap tindakan simulasi di mana saja di lapangan, yang dimaksudkan untuk menipu wasit, harus dikenakan sanksi sebagai tindakan tidak sportif," bunyi peraturan FIFA dalam Law of the Games. Diving sangat tidak dianjurkan dalam sepakbola karena dapat menghilangkan nilai fair play dalam sebuah pertandingan .
Diving sendiri mulai nge-trend sejak dua dekade lalu dimana sepak bola Italia sedang mengalami masa jayanya. Tak ayal, banyak yang menuding diving ini berasal dari Italia. Namun ada yang menyebut diving muncul kala Juergen Klinsmann membela Jerman Barat di final Piala Dunia 1990 melawan Agentina. Saat itu tim Jerman mengalami kesusahan menembus baris pertahanan Agentina.
Klinsmann, yang kala itu merupakan pemain Inter Milan, mendapatkan bola di sisi kanan. Namun, tiba-tiba ia dihadang bek Pedro Monzon. Ia pun tidak menyia-nyiakan peluang ketika Monzon hendak melakukan tackling ke arahnya. Striker Jerman ini pun tiba-tiba menjatuhkan diri dan berteriak kesakitan ketika kaki Monzon mendekati dirinya. Ia terlihat jatuh ke tanah dan berguling-guling sebanyak tiga kali. Tak ayal, wasit yang saat itu belum tahu banyak tentang teknik diving seketika mengganjar Monzon dengan kartu merah dan menunjuk titik putih. Kartu merah Monzon tersebut sekaligus menjadi yang pertama di final Piala Dunia. Akhirnya Jerman jadi juara Piala Dunia berkat eksekusi tendangan penalti yang disarangkan Andreas Brehme. Setelah itu, Klinsmann dianggap sebagai raja diving sedunia.
Selanjutnya aksi pesepakbola yang akrab disapa Klinsi itu berlanjut kala ia hijrah ke pentas Premier League di tahun 1995, bergabung bersama Tottenham Hotspur. Popularitasnya melonjak berkat gaya bermainnya yang keras dan kerap melakukan diving. Pada periode berikutnya, muncul striker-striker yang kerap dituding melakukan diving seperti Fillipo Inzaghi hingga Francesco Totti, dan Gareth Bale sampai Luis Suarez. Namun, pesona Klinsi ternyata belum padam. Beberapa waktu lalu, ia dipilih sebagai diver terbaik sepanjang masa oleh pembaca London Papers. Dia meraih suara 35 persen, mengungguli Cristiano Ronaldo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar